Mading 3 Dimensi karya Tim Jurnalistik Matsyahida |
Hasil
penelitian internasional, Programme for
International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan
membaca siswa menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki
urutan ke-69 dari 76 negara yang disurvei. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam
yang menduduki urutan ke-12 dari total negara yang disurvei
(harianjogja.com/2016).
Hal
tersebut tidak mengherankan karena sejak kecil orang tua tidak mengajak kita
untuk mencintai buku. Membudayakan membaca belum tertanam dengan baik. Jika
diberi uang saku biasanya akan kita gunakan untuk membeli makanan (jajan). Itu
sebabnya uang saku lebih sering disebut "uang jajan". Jarang sekali
anak dididik menggunakan uang sakunya untuk menyewa buku atau membeli alat
tulis. Meskipun hal ini sebenarnya sudah menjadi tugas orang tua untuk
menyediakannya. Alasan lain kenapa anak tidak menginginkan buku, karena harga
buku sering tidak terjangkau oleh "uang jajan" anak.
Untuk
dapat membudayakan kegiatan membaca, haruslah ditanamkan pada generasi muda
mulai saat ini. Pembiasaan gemar membaca, membeli buku haruslah ditanamkan
sejak dini di lingkungan sekolah dan madrasah. Oleh karenanya diperlukan peran
aktif dari semua pihak melalui institusi pendidikan. Sebagai contoh di sekolah
tempat saya bekerja, MTs. Al Hidayah Kecamatan Wajak, sebagian siswa jarang
berkunjung ke perpustakaan meskipun fasilitas cukup memadai. Salah satu solusi yang
dapat diambil misalnya dengan mengaktifkan ekstrakulikuler majalah dinding
(ekskul jurnalistik). Jika Ekstrakurikuler mading berjalan dengan baik, maka
majalah dinding di sekolah bisa tampil secara kontinyu. Harapannya, siswa gemar
membaca majalah dinding yang pada akhirnya kegiatan membaca menjadi sebuah
budaya.
Selama
ini, peran majalah dinding (mading) seringkali dipinggirkan, bahkan dilupakan.
Padahal jika ditelaah lebih dalam mading sangat berperan dalam menumbuhkan
budaya membaca. Disamping itu, mading juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
mengasah kemampuan menulis. Untuk meningkatkan efektifitas dan peran mading,
guru harus terlibat dengan member teladan serta membantu mengusahakan
penyediaan buku bacaan bagi mereka.
Sejarah
mengajarkan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang gemar membaca, oleh
karena itu, otomatis kecerdasan dan wawasan IPTEK kian bertambah sehingga
terjadi peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) sebagai upaya pembangunan
yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Akhirnya,
melalui mading dapat menumbuhkembangkan budaya tulis menulis di lingkungan sekolah,
sebagai sarana menyalurkan bakat dan minat siswa dalam bidang menulis dan
membaca. Sekaligus sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan “penularan”
budaya membaca.
Dengan
demikian, mading menjadi media yang terbukti efektif untuk meningkatkan dan
menumbuhkembangkan budaya baca di lingkungan madrasah.
0 Comments